Saturday, May 21, 2011

Murtad Kerana Cinta

Assalamualaikum :)

Gambar Hiasan

Aku seorang wanita berusia 27 tahun. Dua tahun yang lalu aku melahirkan seorang anak ke dunia. Hanya saja mungkin keadaan aku sebagai seorang ibu yang berbeza dengan ibu ibu yang lain. Mereka sentiasa memandang wajah putra dan putrinya dengan tatapan kasih sayang, bangga dan penuh cinta. Sedangkan aku? Yang aku dapat saat menatap matanya adalah kepedihan yang teramat dari sisi sisi hati yang tersayat kesal.

Sebelum peristiwa pahit itu menyapa dalam hidup aku, kehidupan aku yang sederhana sentiasa diliputi oleh ketenangan. Aku bahagia dengan keadaan aku, dengan rutin harian aku. Setiap hari aku jalani dengan hati yang riang sebagai seorang wanita. Kebanggaan aku pada kehormatan yang sentiasa aku jaga demi satu mimpi mendapatkan keluarga yang bahagia suatu saat nanti. Hingga sosok itu hadir menghancurkannya.

Peristiwa itu bermula saat aku bekerja sebagai salah satu staf tata usaha di sebuah akademi kesihatan di kota Daeng. Aku berkenalan dengan dengan seorang pria yang mengaku bujang. Dia juga bekerja sebagai staf tata usaha di kampus tempat aku bekerja, namun jabatannya lebih tinggi dari aku.

Seperti kata orang, “mulanya biasa saja,” betul, memang semuanya biasa saja. Saling ber-hello, bercerita, bergurau, bertegur sapa. Sesuatu yang lazim dilakukan oleh sesama pegawai staf. Apalagi dalam satu pejabat. Hingga waktu terus berjalan seiring dengan hubungan kami yang begitu akrab. Semuanya mulai menjadi sesuatu yang tidak biasa lagi.

Jujur saja, dalam hal agama, pengetahuan aku memang tidak terlalu dalam. Orang mungkin biasa mengatakannya “awam”. Di alam pikiran aku, bergaul dengan lawan jenis itu adalah sesuatu yang biasa. Seperti yang terjadi ditengah masyarakat. Apalagi aku dilahirkan dari lingkungan keluarga yang pendidikan agamanya “biasa-biasa saja” tidak mengenal apa itu tarbiyah, ikhtilath, ghibah, dan istilah-istilah yang lain.

Sebenarnya aku tidak pernah berkeinginan untuk dekat dengannya, kerana pertimbangan yang  berbeza agama. Dia seorang non muslim. Namun rayuan demi rayuannya, perjuangannya mendekatiku, janji manisnya, perhatiannya yang berlebihan dan tidak henti-henti meskipun selalu aku tolak dengan cara yang halus, sedikit demi sedikit meluluhkan hati aku.

Gayung pun bersambut, akhirnya aku terima huluran tangannya. Waktu itu aku tidak berpikir untuk serius. Hanya sekedar pengisi waktu lapang sahaja. Apalagi dia sudah banyak berkorban untuk aku, dan aku merasa kasihan padanya. Waktu itu aku berfikir suatu saat nanti aku akan minta putus. Mudah kan?

Hubungan kami pun berjalan secara rahsia, back street. Untuk menghindari desas desus penghuni dari kampus kampus.

Seiring dengan waktu yang menghantar bersamaku dengannya, entah mengapa tanpa sadar aku sudah mulai menyukainya, mencintainya. Aku tidak tahu, apa yang telah membuatku begitu tergila-gila kepadanya. Kehidupannya juga sederhana, wajahnya malah dibawah rata-rata. Apa kerana rayuannya? Kelihatannya mengumbar rayuan gombal menjadikan aku merasa tersanjung dan berbunga-bunga. Seakan-akan aku lah wanita yang paling menarik di dunia ini. Di sampingnya aku selalu merasa yang terbaik. Dia sungguh pandai menggombal.

Tak pernah aku sangka dan aku duga sebelumnya, hubungan aku dengannya sudah melewati ambang batas moral dan norma agama.

Tragedi yang tak mungkin pernah bisa aku lupakan dalam lembaran sejarah hidup aku. Aku hamil!!!. Aku tidak tahu, iblis mana yang merasukiku waktu itu. Mengapa aku bisa menjadi sehina ini? Mengorbankan sesuatu kepada seseorang yang sebenarnya tidak berhak dan tidak boleh mengusiknya.

Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak berani lagi pulang ke kampung dengan corengan hitam di wajahku. Tidak sampai di situ, entah darimana pihak birokrasi kampus mengetahui kehamilan aku di luar nikah, yang berujung dengan memecatku.

Pihak kampus tidak mengetahui siapa ayah dari bayi yang aku kandung. Dia mengancam aku dan menyuruh aku untuk tutup mulut. Aku terkesima. Entah mengapa dia sudah begitu menguasai hidup aku. Seakan membuat aku tak mampu bergerak.

Dan aku tidak mengerti, mengapa aku selalu menurut saja pada setiap kata dan perintahnya. Yang boleh aku lakukan hanya memohon kepadanya untuk bertanggung jawab atas perbuatannya terhadap aku.

Ia bersedia menikahi aku dengan satu syarat, aku harus keluar dari Islam dan masuk ke agamanya. Menjadi seorang non muslim sepertinya. Ternyata orang yang selama ini mencurahkan perhatiannya yang aku kira tulus untuk aku- adalah seorang yang kejam.

Istilah ini juga baru aku kenal setelah semuanya sudah terlanjur. Selama ini istilah itu hanya lewat saja di kepala aku. Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Aku tidak pernah membayangkan jika aku akan menjadi korbannya. Aku tidak pernah menduga kalau istilah dan kekhawatiran sebagian kaum muslim tentang misi itu ternyata menimpa kehidupan aku.

Mirisnya kerana aku sudah terlanjur menjadi korbannya. Kaki aku sudah sulit dan mungkin tidak boleh lagi aku tarik kembali.

Yang ada di kepala aku saat itu bukan lagi tentang aqidah aku, tetapi tentang makhluk kecil yang ada di rahim aku. Tentang aib, tentang calon isteri bayi yang aku juga mulai mencintainya. Aku tidak ingin menggugurkannya. Ia darah aku dan aku ingin merasakan desahan nafasnya. Merasakan kaki-kaki kecilnya nanti akan meronta di dalam dekapan aku.

Otak aku sudah buntu, bagi aku sudah tak ada lagi pilihan lain. Aku tidak sanggup menghadapi aib ini sendiri, iman aku begitu lemah. Aku tidak mau bayiku terlahir tanpa ayah dan akan dicemuh kelak di tengah masyarakat. Ditambah lagi siapa yang akan menanggung beban ekonomi kami nanti? Sedangkan aku sudah dipecat dan menjadi salah satu dari sekian banyak pengangguran yang ada di kota ini.

Akhirnya, kuikuti keinginannya. Aku jual akidahku dengan harga yang sangat murah dan tak bernilai. Aku lepas hijab yang selama ini menutup kepala aku, beralih ke agamanya, murtad dari agama islam yang benar dan suci.

Tapi lagi-lagi, keputusan aku itu bukanlah hal yang tepat. Saat ini, meskipun ia sudah berhasil menjadikan aku sebagai salah satu korban misinya, ia tengah berusaha mendekati dan mengejar seorang mahasiswi, tetap di kampus yang sama. Korban misi yang berikutnya.

Aku sama sekali tidak berdaya, aku sangat lemah dan pengecut. Aku selalu ketakutan dengan ancaman-ancaman dan perlakuannya yang keras dan kasar. Aku ketakutan pada kekasaran tangannya yang selalu menyiksa tubuhku. Rasanya pedih. Aku menjadi semakin lemah. Aku tak tahu mengapa harus menjadi seperti ini? Padahal boleh saja aku lari menjauh dari hidupnya. Tapi lagi-lagi tetap saja aku tidak boleh. Ada yang mengikatku dengannya, sesuatu yang tidak aku mengerti.

Tapi hatiku sedikit lega saat aku dengar bahwa mahasiswi itu memiliki sahabat seorang akhwat berjilbab besar yang selalu bersamanya. Akhwat itu pastilah lebih mengerti tentang kristenisasi dan akan memahamkan dirinya. Sehingga mau tidak mau, misionaris yang saat ini sudah menjadi suamiku sulit untuk boleh mendekatinya.

Saat kisah ini dituturkan, aku masih dalam keadaan seperti ini, tergantung dalam penderitaan dan penyesalan. Penderitaan aku ini mungkin adalah balasan atas dosa besar yag telah aku lakukan.

Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk para calon ibu di manapun berada.

Semoga kisahku ini yang hanya berwujud tinta di atas kertas, dapat dibaca dan dijadikan sebagai pengajaran bagi seluruh perempuan -khususnya para remaja muslimah- bahwa misionaris sedang berkeliaran di sekitar kita.

Selagi masih sempat, belajarlah tentang agama Allah. Jangan tunggu sampai menyesal seperti keadaan aku sekarang.

Jangan menunggu sampai kau merasa bingung dengan tindakan apa yang harus kau lakukan saat kehancuran kita sebagai wanita yang gagal mempertahankan kehormatannya menyapa.

Selagi muda, belajar dan belajarlah untuk memperkuat aqidah keislaman yang mulia. Kenalilah mereka dari metode-metode apa saja yang mereka gunakan. Tingkatkan kewaspadaan dan tolong sebarkan pada saudarimu yang lain. Agar tidak lagi menjadi tangis penyesalan seperti yang aku alami terhadap mereka. Agar tidak ada lagi terjadi perusakan fitrah terhadap bayi-bayi yang tak berdosa. Jika ibu mereka adalah Islam, maka insya Allah anaknya juga akan Islam.

Habiskan waktumu untuk ilmu, dan jangan kau habiskan untuk mencari-cari trend model terbaru, berjalan di mall tanpa manfaat atau menghabiskannya di kegelapan malam dengan lelaki yang kau pandang sebagai kekasih.

Mereka bukan kekasih …, tetapi serigala yang ingin menelanmu bulat-bulat.

Bacalah buku-buku atau majalah-majalah Islami. Jadilah wanita yang cerdas dan berani. Belajarlah dari kesalahan dan kelemahan aku. Belajarlah dari penyesalan dan penderitaan aku. Sungguh …, apa yang aku alami sangat menyakitkan. Kau akan merasa antara hidup dan mati. Tak ada lagi senyum ceria. Air matapun mengering. Selagi kau bisa meniti dan merencanakan mada depanmu.

Aku hanya bisa bercerita, setidaknya semoga engkau boleh merenung barang sedetik. Sekali lagi …, belajarlah dari hidupku!!! Dan tolong doakanlah aku semoga saja suatu saat nanti keberanian itu akan muncul dalam diri aku, sehingga aku bisa kembali ke jalan-Nya yang benar.

Mudah-mudahan Allah mendengar doamu meski hanya seorang diantaranya. Tolong doakanlah aku barang seminit saja. Karena saat ini aku benar-benar merasakan ketidakberdayaan sebagai seorang wanita dan sebagai seorang manusia.

“Anakku, maafkan Ibu karena telah merosak fithrahmu, cepatlah besar untuk boleh menentukan sendiri jalan hidupmu.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Semua bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi.” (HR.Bukhari)

Dari seorang sahabat, Semoga Allah selalu menjagamu. AMIN.

Semoga bermanfaat dan penuh Keberkatan dari Allah SWT.
Thank you for reading ;p

6 comments:

Lulu Caldina said...

Selamat pagi!!!!!
sihat tak hari ni???
lulu datang sini up-trafik *wink

Aqilah Kamarudin said...

Lulu caldina : selamat pagi ! sihat walafiat . ok thank you :)

khalila ishak said...

semoga Allah melindungi kita semua dr perkara yg x baik ^_^

Aqilah Kamarudin said...

k.h.a.l.i.l.a : amin :)

nurulhidayah said...

berdebar jantung aku.:)

Aqilah Kamarudin said...

miss Sushi ♥♥ : menusuk dikalbu . haha